Skip to main content

Puluhan Tahun Warga LDII Lestarikan Tradisi Pandai Besi di Majene

 

Perajin Pandai Besi Majene. Foto: LINES.

TPI Al Manshurin - Majene (17/5). Sejak tahun 1997, I’man bekerja sebagai pandai besi. Ia menjalankan usahanya di sebuah bengkel pandai besi sederhana yang terletak di Desa Pamboborang, Kabupaten Majene.

“Saya mulai mengelola sejak tahun 1997 dan sampai sekarang saya masih terus membuat alat-alat ini agar bisa membantu masyarakat sekitar serta ingin melestarikan keterampilan tradisional pandai besi,” ujarnya saat ditemui di bengkel kerjanya, Majene, Sulawesi Barat, pada Selasa pagi (13/5).

I’man yang juga warga LDII Kabupaten Majene ini terhitung telah menggeluti profesinya selama lebih dari 20 tahun. Dengan keahlian tangan dan ketelatenan yang luar biasa, I’man mampu membuat berbagai alat tajam.

Alat tersebut seperti pisau dapur, parang untuk pertanian, cangkul untuk bercocok tanam, hingga linggis untuk pekerjaan berat, serta alat-alat lainnya yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Karya-karyanya dikenal memiliki kualitas yang kuat dan tahan lama.

Proses pembuatan alat dimulai dengan memanaskan besi di tungku arang hingga merah menyala, kemudian ditempa dengan alat khusus dan palu besar di atas landasan besi hingga membentuk bilah atau bagian alat sesuai dengan kebutuhan. Lalu diasah hingga mencapai bentuk dan ketajaman yang diinginkan. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kekuatan fisik yang tidak sedikit, serta pengalaman bertahun-tahun agar hasil akhirnya sempurna.

Warga LDII Majene ada yang menggeluti kerajinan pandai besi selama 20 tahun. Foto: LINES.

I’man memilih menjadi pandai besi karena ingin melestarikan tradisi keluarga sekaligus membantu masyarakat desa dengan menyediakan alat-alat yang berkualitas dan terjangkau. Ia juga merasa bangga bisa menciptakan produk yang berguna bagi banyak orang.

“Tantangan yang kami hadapi dalam usaha ini salah satunya adalah kekurangan bahan, seperti besi dan arang. Kadang kami kehabisan stok dan mencarinya pun cukup susah,” tambah I’man.

Dengan semangat dan keahliannya, I’man tidak hanya memberikan manfaat dalam memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga menjaga warisan budaya pandai besi yang sangat berharga. Ia berharap usaha yang ia miliki bisa terus berkembang dan tetap menjadi sumber penghidupan yang berkelanjutan.

Dengan mengedepankan kerjasama dan saling mendukung memperkuat dari Lima Unsur Pembina Generus (LUPG) yakni Alim Ulama, Muballigh Muballighot, Para Pengurus, Pakar Pendidik dan Orangtua maka diharapkan semua program yang telah disusun oleh Penggerak Pembina Generus (PPG) lewat sebuah wadah Taman Pendidikan Islam (TPI) bisa berjalan seperti yang diharapkan, sehingga tujuan utama pembinaan generasi penerus bisa tercapai, yakni menjadi generasi yang Alim Faqih, Berakhlaqul Karimah dan Mandiri. Maka dengan ini kami PAC LDII Kelurahan Baru Kecamatan Pasar Rebo Kota Administrasi Jakarta Timur bersepakat untuk mendirikan sebuah Taman Pendidikan non formal bernama Taman Pendidikan Islam Al Manshurin (TPI Al Manshurin) sebagai perwujudan karya bakti kepada Agama, Bangsa dan Negara.

Comments

Taman Pendidikan Islam Al Manshurin 2016-2025 Designed by Open Themes & Nahuatl.mx.