Perwakilan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Jakarta, menghadiri peluncuran resmi Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) Internasional pertama dan MQK Nasional ke-VIII. Foto: LINES |
TPI Al Manshurin - Jakarta (10/7). Perwakilan Pondok Pesantren Minhaajurrosyidiin Jakarta, menghadiri peluncuran resmi Musabaqah Qira’atil Kutub (MQK) Internasional pertama dan MQK Nasional ke-VIII. Acara ini digelar di Aula H.M. Rasjidi, Kementerian Agama RI, Jakarta Pusat, Selasa (8/7/2025).
Hadir mewakili Ponpes Minhaajurrosyidiin, antara lain Ketua Pondok Pesantren KH. Chairul Baihaqi, Sekretaris H. Ujang Saepudin, serta perwakilan santri Ubaid, Farrel, dan Andri. Acara itu menjadi bentuk komitmen pesantren mengembangkan ilmu-ilmu keislaman klasik yang tetap relevan dengan tantangan zaman.
Keikutsertaan Ponpes Minhaajurrosyidiin dalam ajang ini bukan hanya menjadi kebanggaan lembaga, tetapi juga bentuk nyata kontribusi pesantren terhadap misi membawa Islam rahmatan lil ‘alamin ke pentas dunia. Dengan semangat keilmuan dan kepedulian lingkungan, pesantren menegaskan perannya sebagai agen perubahan peradaban.
Menteri Agama RI Nasaruddin Umar membuka kegiatan tersebut didampingi oleh Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Amien Suyitno, menandai dimulainya ajang keilmuan kitab kuning yang bertema “Dari Pesantren untuk Dunia: Merawat Lingkungan dan Menebar Perdamaian dengan Kitab Turats”. Forum yang mengedepankan peran pesantren sebagai motor perubahan sosial dan spiritual di tengah krisis lingkungan dan konflik global.
Dalam sambutannya, Menag Nasaruddin Umar menegaskan bahwa kitab kuning atau turats bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga sumber nilai-nilai etis dan spiritual yang relevan untuk masa kini. “Sudah saatnya maqid al-syar’ah diperluas. Menjaga lingkungan atau if al-b’ah harus menjadi prinsip keenam. Santri harus berada di garis depan membangun kesadaran ekoteologis Islam,” ujar Nasaruddin.
Ia juga menilai pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor narasi Islam yang ramah lingkungan. Menurutnya, konsep maslahat syar’i sebagaimana dirumuskan ulama klasik seperti al-‘Izz ibn ‘Abdissalam, sejak lama menempatkan perlindungan alam sebagai bagian dari tanggung jawab keagamaan.
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Islam Amien Suyitno, menyebut MQK tahun ini bukan hanya perlombaan membaca kitab, tetapi juga sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam merespons tantangan global. “Pesantren harus menjadi pembawa pesan damai. Islam dalam kitab turats mengajarkan keadilan, kesabaran, dan maslahat universal,” kata Suyitno.
Para peserta MQK akan berkompetisi dalam kompetisi debat seperti Debat Bahasa, Debat Qanun, dan Risalah Ilmiah. Mereka akan menggali prinsip-prinsip keadilan, resolusi konflik, dan etika global berbasis warisan intelektual Islam. Format hybrid yang diterapkan memungkinkan partisipasi lebih luas dari pesantren di dalam maupun luar negeri.
Selain kompetisi, MQK 2025 juga menghadirkan berbagai side event, seperti Halaqah Ulama Internasional, Expo Kemandirian Pesantren, Perkemahan Pramuka Santri Nusantara, hingga gerakan Pesantren Hijau yang mengusung penanaman satu pohon oleh satu santri sebagai bentuk komitmen nyata terhadap kelestarian lingkungan.
Untuk pertama kalinya, MQK Internasional melibatkan santri dari sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Jepang, Jerman, Myanmar, serta diaspora Indonesia dari berbagai komunitas global. Babak penyisihan dijadwalkan digelar daring pada September mendatang, sementara babak final akan berlangsung luring di Ponpes As’adiyah, Sengkang, Sulawesi Selatan, pada 1-7 Oktober mendatang.
Comments
Post a Comment