Official Utube LDII

TOPIK UTAMA

HUT TNI, Presiden Tekankan Modernisasi Alutsista Harus Dilakukan dengan Bijak

 

Pada awal September lalu, Menhan Prabowo membuat gebrakkan untuk memperkuat alutsista TNI AL dengan membeli Submarine Rescue Vehicle System (SRVS), yakni kapal selam yang berfungsi untuk mengevakuasi awak kapal selam yang tenggelam. Belum lagi pengadaan Leopard 2 RI, Helikopter AH-64 Apache, KRI Ardadedali (404), pesawat tempur Su-30, maupun rudal MM40 Exocet dan rudal NASAMS untuk memperkuat pertahanan Indonesia. Foto: LINES

Jakarta (5/10). Era globalisasi mengubah perspektif ancaman bagi suatu negara yang menuntut dunia militer juga berubah. TNI sebagai garda terdepan kekuatan pertahanan NKRI, harus terus-menerus berubah dan menata diri untuk menjawab tantangan dan ancaman di masa depan yang semakin kompleks.

Memasuki usianya yang Ke-78 pada 5 Oktober 2023, tantangan yang dihadapi TNI dalam menjaga pertahanan dan keamanan nasional bukan hanya perang secara fisik. Hal tersebut dikarenakan situasi geopolitik global yang tidak menentu dan pesatnya perkembangan iptek.

Untuk itu, modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) merupakan investasi pertahanan jangka panjang. Karena alutsista merupakan salah satu elemen pembentuk postur pertahanan negara.

Terdapat faktor internal dan eksternal yang mendesak pemerintah Indonesia untuk melakukan peremajaan alutsista. Faktor internal terkait dengan kondisi memprihatinkan dari alutsista saat ini, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.

Jumlah alutsista yang ada belum mencapai target yang diinginkan dalam rencana modernisasi pertahanan Minimum Essential Force (MEF), dan banyak di antaranya sudah sangat tua, melebihi usia operasional yang optimal.

Merujuk laporan the Military Balance 2022 yang diterbitkan oleh International Institute for Strategic Studies, hanya sekitar 40 persen alutsista Indonesia yang siap digunakan. Hal ini tentunya dapat mengurangi kesiapan militer dan meningkatkan risiko bagi personel TNI yang menggunakannya.

Sementara itu, faktor eksternal terkait dengan perubahan dinamis dalam geopolitik global, seperti sengketa di Laut China Selatan, krisis di Myanmar, rivalitas antara Amerika Serikat dan China di kawasan Indo-Pasifik, hingga krisis di Ukraina. Untuk meningkatkan kekuatan pertahanan di tengah dinamika lingkungan strategis dan potensi ancaman yang semakin kompleks di masa depan, maka modernisasi alutsista dinilai perlu.

Strategi Modernisasi Alutsista Ala Menhan Prabowo

Sejak dilantik menjadi Menteri Pertahanan (Menhan) pada 2019, Prabowo Subianto menaruh perhatian besar terhadap pengadaan dan modernisasi alutsista. Dari segi anggaran, Kementerian Pertahanan berupaya mengoptimalkan implementasi pengadaan, modernisasi, pemeliharaan, dan perawatan alutsista.

Sebut saja di antaranya pada awal September lalu, Menhan Prabowo membuat gebrakkan untuk memperkuat alutsista TNI AL dengan membeli Submarine Rescue Vehicle System (SRVS), yakni kapal selam yang berfungsi untuk mengevakuasi awak kapal selam yang tenggelam. Belum lagi pengadaan Leopard 2 RI, Helikopter AH-64 Apache, KRI Ardadedali (404), pesawat tempur Su-30, maupun rudal MM40 Exocet dan rudal NASAMS untuk memperkuat pertahanan Indonesia.

Modernisasi alutsista, memang adalah bagian penting dari pembangunan kekuatan pertahanan suatu negara, untuk menghadapi ancaman keamanan yang semakin kompleks. Namun, hal ini tidak boleh sampai mengabaikan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat sipil. Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Joko Widodo pada pidato upacara hari ulang tahun (HUT) ke-78 TNI di Lapangan Silang Monumen Nasional (Monas), Kamis (5/10).

“Urusan alutsista, memang modernisasi alutsista sangat diperlukan. Namun, keuangan negara, anggaran negara, APBN kita sangat terbatas dan untuk kebutuhan kesejahteraan rakyat sangatlah besar,” ungkapnya.

Untuk itu, Presiden Jokowi mendorong modernisasi alutsista harus mengambil pendekatan yang terencana, transparan, dan akuntabel. Antara lain negara harus melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebutuhan pertahanan, berdasarkan analisis ancaman yang realistis.

Hal ini membantu memprioritaskan modernisasi alutsista yang relevan dan efektif. “Sehingga belanja alutsista harus dilakukan bijak, baik caranya maupun peruntukannya,” ujar Jokowi.

Namun demikian, Presiden Jokowi juga menekankan modernisasi alutsista juga harus diimbangi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Keahlian yang diperlukan meliputi kemampuan mengoperasikan, kemandirian memproduksi, dan mengembangkan teknologi guna mengurangi ketergantungan luar negeri.

“Harus didorong transfer teknologi, harus didorong peningkatan SDM, dan harus diutamakan produk dalam negeri,” imbuhnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mengumumkan alokasi anggaran senilai Rp39,47 triliun untuk modernisasi alutsista tahun 2024. Anggaran tersebut masuk ke daftar belanja Kementerian Pertahanan. Total alokasi belanja Kemhan berdasarkan program mencapai Rp135,44 triliun dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2024.

“Industri pertahanan keamanan juga terus didorong agar maju dan mandiri dengan dukungan APBN. Antara lain dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan alutsista secara bertahap dengan didukung industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi kekuatan pokok minimum,” ujar Jokowi. (FU/LINES)

No comments