Official Utube LDII

TOPIK UTAMA

Ahli Ingatkan Gizi Anak Pengaruhi Masa Depan Bangsa

Dokter Spesialis Gizi Klinik, Martin Ayuningtyas Wulandari, memaparkan bahwa masa depan suatu bangsa tergantung dari generasi penerusnya. Ia pun meminta semua pihak berkolaborasi untuk mewujudkan tumbuh kembang anak yang optimal, agar tidak terjadi stunting. Foto: LINES.

TPI AL Manshurin / Jakarta (24/9). Dokter Spesialis Gizi Klinik, Martin Ayuningtyas Wulandari, memaparkan bahwa masa depan suatu bangsa tergantung dari generasi penerusnya. Ia pun meminta semua pihak berkolaborasi untuk mewujudkan tumbuh kembang anak yang optimal, agar tidak terjadi stunting pada generasi pelanjut eksistensi Indonesia.

Ia menjelaskan hal itu pada peserta webinar yang bertema “Kedaulatan Pangan dan Gizi Guna Mewujudkan Generasi Penerus Bebas Stunting menuju Indonesia Emas 2045”. Acara yang berlangsung di Kantor DPP LDII, Jakarta tersebut merupakan bagian dari Road to Rakernas LDII 2023 dan dihadiri peserta secara luring dan daring pada Sabtu (23/9).

Menurutnya, bila generasi bertumbuh dan berkembang dengan optimal, maka masa depan bangsa akan berpotensi baik, “Berkaitan dengan potensi perkembangan anak, seluruhnya bergantung dari asupan, pola asuh, juga pendidikannya,” jelasnya.

Dalam webinar tersebut, Martin menginformasikan formulasi pangan keluarga dalam pencegahan stunting. Ia menjelaskan, masa pencegahan stunting terbaik yaitu berada pada dua tahun pertama masa kehidupan. Menurutnya 80 persen pertumbuhan otak terdapat pada dua tahun pertama, jika tidak mendapat asupan gizi yang cukup, maka perkembangan anak itu menjadi terhambat.

Anak yang mengalami stunting cenderung mengalami perkembangan tumbuh yang terlambat. Ditandai dengan tinggi dan berat badan yang tidak memenuhi standar anak seusianya. Selain itu juga mengalami perlambatan pada proses tumbuh kerja otaknya. Dampaknya, berupa kelambatan proses penyerapan informasi sehingga menimbulkan tingkat kecerdasan dan prestasi belajar yang kurang baik.

Martin menegaskan, stunting bisa dicegah sejak awal melalui monitoring tumbuh kembang anak. Monitoring pertumbuhan ini pun dilakukan tidak hanya dari kelahiran namun bisa dikendalikan sejak masa kandungan.

Tiga tahapan formulasi pangan itu, kata Martin, dimulai dari pemenuhan gizi seimbang terhadap ibu hamil. Pesannya, agar ibu hamil rutin memeriksakan kehamilan, dan mengatur pola makan tiga kali sehari dibarengi dengan camilan 2-3 kali. “Formula pangan pada ibu hamil bertambah saat memasuki usia trimester ke-2 dan trimester ke-3, yaitu penambahan karbohidrat dan protein hewani juga nabati. Selain itu, perlu konsumsi tablet tambah darah dan suplemen,” ujarnya.

Suplemen mikronutrien berfungsi menjaga kondisi ibu dan bayi selama masa kehamilan. Kedua, pemenuhan gizi ibu menyusui yang terjaga kesehatan dan status gizinya, tidak hanya untuk kepentingan dirinya sendiri namun juga untuk bayi melalui pemenuhan ASI eksklusif.

Hasil penelitian dari Biochemical menemukan bahwa kandungan ASI dari ibu yang malanutrisi dengan ibu yang kecukupan gizi, memiliki kandungan laktosa, protein dan lemak yang sama baiknya. Hal ini membuktikan bahwa ASI merupakan asupan makanan terbaik untuk bayi, sekalipun ibu dalam keadaan kurang gizi.

Formula pangan pada ibu menyusui hampir sama dengan ibu hamil, namun kebutuhan saat menyusui di semester pertama sama dengan saat hamil di trimester akhir — dengan kebutuhan karbohidrat dan protein hewani yang lebih sedikit di semester ke-2 menyusui.

Lebih lanjut, Martin juga menjelaskan perlunya pemenuhan gizi bayi. Saat lahir, bayi memulai proses menyusu satu jam pertamanya melalui Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Kemudian dilanjutkan menyusu ASI eksklusif selama enam bulan pertumbuhannya. Setelah bayi berusia enam bulan, maka sudah bisa memulai Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan tetap menyusu ASI sampai usia dua tahun atau lebih.

“MPASI juga memiliki pedoman formula yang adekuat (Adequate), yakni mengandung cukup energi (karbohidrat), protein baik hewani maupun nabati, lemak, dan juga mikronutrien (vitamin dan mineral) yang bisa diperoleh dari sayur dan buah,” ujarnya.

Ia menyimpulkan, menu makanan keluarga dengan bahan sederhana dan produksi lokal yang adekuat dapat mencegah terjadinya stunting. Karena itu Martin juga mengingatkan, perlunya keterlibatan ayah agar pencapaiannya optimal. Ayah diharapkan berperan baik dalam pemenuhan gizi maupun pola asuh dan pendidikan anak. (inggri)

No comments